Selasa, 03 Desember 2013
Rabu, 27 November 2013
tugas sejarah 1 dan 2
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dalam bidang arsitektur atau seni bangunan dapat kita lihat dengan jelas pada candi-candi.
Ada perbedaan fungsi antara candi dalam agama Hindu dan candi dalam agama Buddha. Dalam agama Hindu, candi difungsikan sebagai makam Adapun dalam agama Buddha, candi berfungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.
Bangunan candi di Indonesia yang bercorak Hindu, antara lain, candi Prambanan, candi Sambisari, candi Ratu Boko, candi Gedongsongo, candi Sukuh, candi Dieng, candi Jago, candi Singasari, candi Kidal, candi Panataran, candi Surawana, dan gapura Bajang Ratu. Bangunan candi yang bercorak Buddha, antara lain, candi Borobudur, candi Mendut, candi Pawon, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, dan candi Muara Takus.
Beberapa peninggalan bangunan lain yang menyerupai candi sebagai berikut.
a. Patirtan atau pemandian, misalnya, patirtan di Jalatunda dan Belahan (lereng Gunung Penanggungan), di candi Tikus (Trowulan), dan di Gona Gajah (Gianyar, Bali).
b. Candi Padas di Gunung Kawi, Tampaksiring. Di tempat ini terdapat sepuluh candi yang dipahatkan seperti relief pada tebing-tebing di Pakerisan.
c. Gapura yang berbentuk candi dan memiliki pintu keluar masuk.
Contoh candi semacam ini adalah candi Plumbangan, candi Bajang Ratu, dan candi Jedong.
d. Jenis gapura lainnya yang berbentuk seperti candi yang dibelah dua untuk jalan keluar masuk.
Contoh candi semacam ini adalah candi Bentar dan candi Wringin Lawang.
Relief-relief yang penting sebagai berikut.
1. Masjid
Masjid adalah tempat ibadahnya orang Islam. Di Indonesia, istilah masjid biasanya menunjuk pada tempat untuk menyelenggarakan shalat jumat.
Masjid di Indonesia pada zaman madya biasanya mempunyai cirri khas tersendiri, diantaranya :
Seni rupa Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha dari India adalah seni pahat atau ukir dan seni patung. Seni pahat atau ukir umumnya berupa hiasan-hiasan dinding candi dengan tema suasana Gunung Mahameru, tempat kediaman para dewa. Hiasan yang terdapat pada ambang pintu atau relung adalah kepala kala yang disebut Banaspati (raja hutan). Kala yang terdapat pada candi di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis buaya yang menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau relung.
Relief-relief yang penting sebagai berikut.
a. Relief candi Borobudur menceritakan Kormanibhangga, menggambarkan perbuatan manusia serta hukum-hukumnya sesuai dengan Gandawyuha (Sudhana mencari ilmu).
b. Relief candi Roro Jonggrang menceritakan kisah Ramayana dan Kresnayana. Seni patung yang berkembang umumnya berupa patung atau arca raja pada sebuah candi. Raja yang sudah meninggal dimuliakan dalam wujud arca dewa.
Contoh seni patung hasil kebudayaan Hindu-Buddha kini dapat kita saksikan di candi Prambanan (patung Roro Jonggrang) dan di Museum Mojokerto (Jawa Timur). Salah satu koleksi museum tersebut yang terindah adalah patung Airlangga (perwujudan Wisnu) dan patung Ken Dedes.
Wiracarita atau kisah kepahlawanan India yang memasyarakat di Indonesia dan memengaruhi kehidupan serta perkembangan sosial budaya adalah cerita Mahabharata dan Ramayana. Kitab Mahabharata terdiri atas delapan belas jilid (parwa). Setiap jilid terbagi lagi menjadi beberapa bagian (juga disebut parwa) yang digubah dalam bentuk syair. Cerita pokoknya meliputi 24.000 seloka. Sebagian besar isi kitab ini menceritakan peperangan sengit selama delapan hari antara Pandawa dan Kurawa. Kata Mahabharatayudha sendiri berarti peperangan besar antarkeluarga Bharata. Menurut cerita, kitab ini dihimpun oleh Wiyasa Dwipayana. Akan tetapi, para ahli sejarah beranggapan bahwa lebih masuk akal jika kitab itu merupakan kumpulan berbagai cerita brahmana antara tahun 400 SM sampai 400 M.
2. Pengaruh kebudayaan Islam di Indonesia
1. Seni Bangunan
1. Seni Bangunan
Masjid adalah tempat ibadahnya orang Islam. Di Indonesia, istilah masjid biasanya menunjuk pada tempat untuk menyelenggarakan shalat jumat.
Masjid di Indonesia pada zaman madya biasanya mempunyai cirri khas tersendiri, diantaranya :
- Atapnya berbentuk “atap tumpang” yaitu atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu ganjil, 3 atau 5 seperti di Jawa dan Bali pada masa Hindu.
- Tidak adanya menara. Pada masa itu masjid yang mempunyai menara hanya masjid Banten dan masjid Kudus.
- Biasanya masjid dibuat dekat istana, berada di sebelah utara atau selatan. Biasanya didirikan di tepi barat alun-alun. Letak masjid ini melambangkan bersatunya rakyat dan raja sesama makhluk Allah. Selain di alun-alun, masjid juga dibangun di tempat-tempat keramat, yaitu makam wali, raja atau ahli agama.
Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
a. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
b. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga terbuat dari batu.
c. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
d. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
e. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur
2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian.
3. Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.
Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
Kedatangan Islam ke Indonesia membawa pengaruh cukup besar bagi kebudayaan Indonesia. Tetapi bukan berarti menghapus semua yang ada sebelumnya. Misalnya, kesenian wayang yang telah ada sebelum kedatangan Islam. Bahkan wayang ini digunakan para wali untuk menyebarkan agama Islam.
Jumat, 08 November 2013
Resensi
I. IDENTITAS BUKU
- Judul : Ketika Cinta Bertasbih
- Penulis : Habiburrahman El Shirazy
- Penerbit : Republika-Basmalah
- Tahun terbitan : 2007
- Dimensi : 20,5 cm x 13,5 cm
- Tebal : 477 halaman
- Harga : Rp. 69.000,-
- Ilustrasi sampul : Disampul terdapat sebuah Masjid dan suasana langit
Bermega merah.
II. SINOPSIS
Novel ini menceritakan tiga sosok anak muda yang sedang menuntut ilmu disebuah perguruan Tinggi, Yaitu Universitas Al-Azhar Di Cairo, yang didalam perjalanan menuntut ilmu itu mereka banyak menghadapi konflik, khususnya didalam mencari jodoh, mereka adalah : Anna Altafunnisa, Khairul Azzam, dan Furqan Andi Hasan, serta banyak peran pendukungnya lainnya.
Anna Altafunnisa adalah anak dari seorang kiai ternama disebuah pesantren termahsyur di Desa Wangen yakni, Kiai Lutfi. Ia tumbuh dan besar dengan akhlak dan budi pekerti yang baik, ditambah lagi dengan paras yang cantik dan menawan, sehingga banyak mahasiswa Al- Azhar yang suka dan menaruh perhatian padanya termasuk diantara mereka Azzam dan Fuqran, serta laki-laki yang kenal dengan Anna di Indonesia, khususnya para santri dari pada pesantren Wangen.
Saat Anna kembali ke Indonesia, karena ia mendapat kesempatan untuk membuat penelitian dalam penyelesaiaan tesisnya, saat itulah Ayah nya meminta pada Anna agar memilih salah satu lamaran-lamaran yang telah datang pada nya, yang selama ini banyak lamaran yang datang dan banyak juga yang ditolaknya. Saat itu ayahnya mengatakan satu lamaran yang datang dari orang yang sangat dikenalnya Yaitu M. Ilyas, sedangkan yang datang langsung pada Anna Yaitu Fuqran Andi Haswan, yang melamarnya melalui ustadz Mujab.
Anna Altafunnisa adalah anak dari seorang kiai ternama disebuah pesantren termahsyur di Desa Wangen yakni, Kiai Lutfi. Ia tumbuh dan besar dengan akhlak dan budi pekerti yang baik, ditambah lagi dengan paras yang cantik dan menawan, sehingga banyak mahasiswa Al- Azhar yang suka dan menaruh perhatian padanya termasuk diantara mereka Azzam dan Fuqran, serta laki-laki yang kenal dengan Anna di Indonesia, khususnya para santri dari pada pesantren Wangen.
Saat Anna kembali ke Indonesia, karena ia mendapat kesempatan untuk membuat penelitian dalam penyelesaiaan tesisnya, saat itulah Ayah nya meminta pada Anna agar memilih salah satu lamaran-lamaran yang telah datang pada nya, yang selama ini banyak lamaran yang datang dan banyak juga yang ditolaknya. Saat itu ayahnya mengatakan satu lamaran yang datang dari orang yang sangat dikenalnya Yaitu M. Ilyas, sedangkan yang datang langsung pada Anna Yaitu Fuqran Andi Haswan, yang melamarnya melalui ustadz Mujab.
Dalam kebimbangannya memilih antara Ilyas dan Furqan, ada seorang lelaki yang sebenarnya yang telah memikat hatinya dan diharapkannya bertemu kembali. Ia bertemu baru pertama kali dan waktu itu Ia bertemu di Cairo, yang dikenal olehnya dengan nama Abdullah alias Azzam, seorang penjual bakso dan tempe sekaligus Mahasiswa di Universitas Al- Azhar, Cairo. Berhubungan lamaran yang datang hanya dari Ilyas dan Furqan, dan harus dipilih salah satu dari mereka secepatnya, maka Ia memilih Furqan yang seorang lulusan S2 di Cairo dan sedang mengambil S3 nya, terlebih lagi karena Ia tahu lebih dekat siapa Furqan, dan tidak memilih Ilyas, karena kurang dapat menjaga pandangannya terhadap wanita.
Setelah terikat dengan Furqan tanpa diduga Ia bertemu kembali dengan orang yang pernah memikat hatinya, Azzam,dan yang sekarang ada di Indonesia, dan tanpa disadarinya Ia telah mengenal baik keluarga Azzam yang memang tinggal di Indonesia. Harapan yang telah disimpannya untuk Azzam telah terhalang dan harus dilupakan/ dihapus dari hidupnya karena Ia juga sudah memiliki Furqan sebagai calon suaminya, ternyata bagi Azzam yang juga menyimpan rasa yang sama pada Anna saat di Cairo harus rela melupakan Anna.
Pernikahyan Anna dan Furqan berlangsung dan mereka hidup dengan baik. Begitu juga pada Azzam, setelah Anna menikah, ibunya menyuruh agar Ia segera mencari pasangan hidup, dan Azzam pun mencari pendampingnya. Banyak wanita yang sudah dilamarnya, tapi selalu ada saja yang tidak cocok untuk dirinya, hingga suatu saat lamaran diterima seorang wanita dan hampir terjadi akad, harus terputus karena suatu kecelakaan yang menyebabkan Ibunya meninggal dan Ia lumpuh untuk beberpa waktu yang cukup lama.
Selam 6 bulan Anna dan Furqan dalam kehidupannya yang baik saja, dan saat itu juga hubungan mereka retak, Furqan menceritakan pada Anna bahwasanya dia sudah tidak perjaka lagi sebelum menikah dengan Anna dan dipastika terkena HIV dan karena itu juga Ia tidak pernah menyentuh Anna, sehingga akhirnya Ia terpaksa memberi kebebasan untuk Anna (cerai).
Kembalilah Anna pada orang tuanya,. Azzam yang lumpuh setelah kecelakaan itu telah sembuh seperti semula, Ia mendatangi kiai Lutfi mohon bantuan mencarikan jodoh yang tepat sesuai permintaan Ibunya dulu. Kiai Lutfi lalu menceritakan seorang wanita yang dicerai suaminya karena suatu hal dan wanita itu masih perawan, yang diharapkan kiai Lutfi sendiri agar dapat diterima Azzam. Tanpa disadari Azzam Ia menerima tawaran Kiai Lutfi, agar menerima wanita itu menjadi istrinya, Azzam sangat senang begitu tahu kalau wanita yang diceritakan itu adalah orang yang pernah dicintainya yaitu Anna Althafunnisa, begitu juga sebaliknya Anna sangat senang karena Ia juga menjadi istri dari orang yang dulu sangat diharapkannya, atau cinta pertamanya.
Setelah sebulan pernikahan Anna dengan Azzam, tiba-tiba Furqan kembali menghubungi Anna dan membawa rujukan, dan Ia menceritakan bahwa Ia tidak terkena HIV. Tapi semua sudah terjadi Anna dan Azzam sudah bahagia, dan mereka mendoakan agar Furqan menemukan pasangan hidup yang cocok untuk nya.
III. UNSUR-UNSUR SASTRA
- Unsur-Unsur Intrinsik
a. Tema :
“ cinta dan sebuah cita-cita ”
“ cinta dan sebuah cita-cita ”
b. Tokoh :
· Anna Althafunnisa
· Ayatul Husna
· Khairul Azzam
· Muhammad Ilyas
· Furqan Andi Hasan
· Ibu Azzam
· Kiai Lutfi
c. Perwatakan / Krakter :
d. Alur / Plot :
e. Gaya Bahasa :
f. Setting / Lokasi :
g. Sudut Pandang :
h. Amanat
Unsur-unsur Ekstrinsik
a. Budaya
b. Sosial
d. Ekonomi
e. Agama
f. Politik
g. Riwayat Pengarang
IV. PENILAIAN TERHADAP NOVEL
- KELEBIHAN
a. Novel ini menghadirkan kisah percintaan bukan sekedar terhadap lawan jenis tapi jauh mengungkapkan kecintaan terhadap Allah.
b. Merupakan salah satu novel pembangun jiwa yang penuh akan makna.
c. Gaya bahasa yang ringan dan alur cerita yang mudah dimengerti membuat pembaca seakan dapat melihat apa yang ingin diperlihatkan penulis novel.
d. Sarat akan pengetahuan.
- KEKURANGAN
Untuk novel dengan pengarang yang sama dan konsep yang sama pula, latar yang dipilih kurang variatif.
- KEBERMANFAATAN
Novel percintaan yang satu ini pantas di baca oleh siapa saja. Sesuai dengan konsepnya, yaitu novel pembangun jiwa, novel ini dapat memberikan semangat pada jiwa untuk lebih bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. selain itu, novel ini penuh dengan ilmu pengetahuan yang akan memperluas wawasan kita terhadap dunia.
V. PENUTUP
- Kesimpulan
Kita dapat mengambil pelajaran bahwa bagaimana pun hidup yang kita jalani harus disyukuri karena itu adalah nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup untuk meraih cita-cita yang tinggi dan dengan tekad yang yakin bahwa kita bias. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita teladani dari Novel tersebut seperti keagamaan,moral,cinta pertama yang indah,ketegaran hidup,bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak. Selain itu dapat mencontoh tokoh-tokoh yang dapat diteladani seperti tokoh-tokoh manusia sederhana jujur, tulus, gigih, giat, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, dan sebagainya. - Saran
Diharapkan mencari ilmu dijadikan tujuan hidup yang harus diutamakan agar terciptanya potensi unggul yang akan menjadi prestasi cemerlang dimasa mendatang seperti dalam Novel tersebut yang memperjuangkan cita-citanya.
Proposal ..
PROPOSAL
Kegiatan Olahraga Futsal
A. Latar Belakang
Dunia olahraga telah mengalami perkembangan saat ini yang cukup memuaskan. Potensi-potensi muda bermunculanseiring dengan perkembangan dunia olahraga, hal ini tidak lepas dari peran serta dalam meningkatkan kreativitas dan sportivitas siswa dalam sebuah kompetisi. Oleh karena itu, kami bermaksud untuk melaksanakan sebuah pertandingan futsal antarkelas SMA Negeri 3 Sengkang Unggulan Kabupaten Wajo.
B. Maksud dan Tujuan
1. Mengembangkan potensi-potensi muda dalam bidang olahraga.
2. Meningkatkan kreativitas dan sportivitas siswa dan siswi.
3. Merupakan hiburan yang mendidik.
C. Nama Kegiatan
Kegiatan ini diberi nama “OSIS Cup Competition Antarkelas”
D. Waktu dan Tempat
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada:
hari : Senin – Minggu
tanggal : 1 – 7 April 2013
waktu : Pukul 09.00 s.d. 17.00 WITA
tempat : Stadion Andi Ninnong, Jalan Rusa Sengkang, Kabupaten Wajo
E. Konsep Acara
Kegiatan akan dilaksanakan dalam tujuh hari. Acara pertama merupakan upacara pembukaan oleh Kepala SMA Negeri 3 Sengkang Unggulan Kabupaten Wajo, Andi Kampiri, S.Pd. M.Pd. Acara kedua merupakan pertandingan futsal pada hari pertama sampai hari ke-7 secara bergiliran. Acara ketiga adalah penutupan acara pada hari terakhir.
F. Peserta
Peserta OSIS Cup Competition Antar Kelas ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 3 Sengkang Unggulan Kabupaten Wajo. Jumlah peserta 11 orang tiap kelasnya.
G. Kepanitiaan
Ketua : Rahmat Firman
Wakil Ketua : Khabil
Sekretaris : Arwini Arisandi
Bendahara : Andi Sitti Nasmah AR
Seksi Acara : Lilis Adelia
Seksi Komsumsi : A.Dwi Satria Oddang dan Nana Aulia Massakuta
Seksi Humas : Rio Erlangga Maharja
Seksi Peralatan : Muh.Fadil Abdullah dan Muh.Ilyas
H. Pembiayaan
1. Pemasukan
Kas OSIS Rp 300.000,00
Sumbangan dari sponsor Rp1.000.000,00
Jumlah Rp3.300.000,00
2. Pengeluaran
Administrasi Rp 700.000,00
Sertifikat @ Rp3.000,00 Rp 400.000,00
Konsumsi Rp 900.000,00
Sewa sound system Rp 330.000,00
Sewa penayangan Rp1.000.000,00
Jumlah Rp3.680.000,00
I. Penutup
Demikian proposal ini kami buat untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan OSIS Cup Competition Antarkelas SMA Negeri 3 Sengkang Unggulan Kabupaten Wajo.
Sengkang, 27 Maret 2013
Ketua,
Rahmat Firman
|
Sekretaris,
Arwini Arisandi
|
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 3 Sengkang Unggulan Kab. Wajo
Andi Kampiri, S.Pd. M.Pd
Jumat, 18 Oktober 2013
MYS ( Mimpi Yang Sempurna ) Part 1
Mimpi Yang Sempurna
“PR untuk kalian halaman 23
bagian A & B ya. Besok sebelum jam 7 harus sudah di kumpul”kata Bu evelyn
guru ekonomi disekolah kami sebelum meninggalkan kelas kami . Suasana kelas
menjadi semakin gaduh lama kelamaan setelah keluar nya Bu Evelyn dari kelas
kami . Kelas kami , XF adalah kelas terkeche B-) Karena isi nya tentu dong
orang-orang keche dan gokil . Kekompakan kami sangatlah luar biasa . Anak-anak
nya juga seru seru .
Tapii .. Keasyikan kelas sama sekali tidak berpengaruh
kepada ku untuk saat ini . Aku yang sedang bersedih karena ditinggal oleh
mantan ku Anton . Gimana mau moveon , orang nya aja ada di kelas sebelah . Apa
lagi di tambah aku orang ny kalau udah sayang pasti sayang banget dah , susah
untuk melupakan orang yang aku sayangi itu .
Oh iya , aku lupa namaku Lenna . Aku seorang cewek yang
punya hidup standarisasi saja . Tapi aku tetap bersyukur kepada Tuhan atas
semua yang ada dalam hidupku . Walaupun akhir-akhir ini aku baru saja
ditinggalin sama orang yang aku sayangi . Tapi ya mau gimana lagi . Mungkin ini
sudah bagian dari rencana Tuhan .
Selama 3 bulan aku terus memikirkan Anton , tanpa henti
sedikitpun . Bahkan aku sudah mencoba beribu cara untuk melupakan dia . Tapi
tetap aja gak bisa . Bahkan aku sudah mencoba untuk refreshing dan travelling .
Tapi hasilnya tetap sama .
Sampai pada bulan Maret 2013 , aku berkenalan dengan
seorang cowok lewat dunia maya Facebook . Nama nya Agus . Pertama kali kenal
dia chat sama dia , orang nya seru , lucu , baik , perhatian . Gak lama kami
melanjutkan obrolan kami di whatsapp . Dan ternyata bener aja memang orang nya
baik banget . Chat sama dia itu rasanya segala rasa pedih yang selama ini aku
masih rasain sirna gitu aja . Kami pun mulai gombal-gombalan di chat . Sampai-sampai
kami ada panggilan kesayangan juga untuk kami berdua .
Hari demi hari kami lewati dengan ngobrol bareng
di Whatsapp . Disekolah pun aku udah gak galau . Seperti lahir kembali dari
perut mama ku . Bangun dari keterpurukan ku selama ini , dan itu semua buat
teman-teman ku bahagia juga karena aku udah gak galau lagi . Awalnya
ku tak mengerti apa yang sedang kurasakan . Segalanya berubah dan rasa rindu itu
pun ada . Sejak kau hadir disetiap malam ditidurku . Aku tahu sesuatu sedang
terjadi padaku . Sudah sekian lama kualami pedih putus cinta . Dan mulai terbiasa
hidup sendiri tanpa asmara . Dan hadirmu membawa cinta sembuhkan lukaku . Kau
berbeda dari yang kukira .
Dan ternyata itu
CINTA :”) Aku jatuh cinta ? Tuhan
apakah benar ini semua adalah cinta ? aku tak percaya akhirnya aku bisa
lepas dari segala kepedihan ku yang selalu mengharapkan Anton .
10
Maret 2013
Setelah 1minggu kami kenal dan chat di
whatsapp . Dia mulai mengetahui perasaan ku , dan aku juga mulai mengetahui
perasaan nya . Tapi pada malam ini , dia berkata jujur kepadaku . Kalau dia
sedang dekat juga dengan 2 cewek lainnya . Dan dia bilang dia gak mau milih
salah satu dari kami , karena kalau dia memilih salah satu dari kami , dia juga
akan menyakiti yang lainnya .
Malam ini aku benar-benar nangis , dia gak tau aku nangis . Dan ini kali pertama ny aku nangis buat dia . Walaupun baru kenal , tapi rasa sayang ini dengan cepat bertumbuh karena pribadi dia yang benar-benar bagi aku sangat ideal . Aku pun memohon-mohon padanya untuk tetap memilih satu diantara kami . Tapi dia tetap gak mau , pada akhir nya hubungan ini merenggang .
Malam ini aku benar-benar nangis , dia gak tau aku nangis . Dan ini kali pertama ny aku nangis buat dia . Walaupun baru kenal , tapi rasa sayang ini dengan cepat bertumbuh karena pribadi dia yang benar-benar bagi aku sangat ideal . Aku pun memohon-mohon padanya untuk tetap memilih satu diantara kami . Tapi dia tetap gak mau , pada akhir nya hubungan ini merenggang .
11-12 Maret 2013
Setelah kejadian itu , aku belajar
sedikit demi sedikit merelakan dia . Walaupun memang lumayan susah karena dia
lah malaikat yang dikirim oleh Tuhan untuk membantuku melupakan Anton . Kami
tetap chat di whatsapp , walaupun hubungan agak renggang dan tidak segombal
biasa nya . Tapi perhatian nya tetap ada untukku . Aku tau didalam hati nya
pasti sudah ada salah satu diantara kedua cewek yang sedang dekat dia itu . Aku
cemburu , aku gelisah . Tapi apa daya , aku gak berhak untuk cemburu . Dia
bukan milikku .
13 Maret 2013
Pertemuan pertama kami di Mall ….
BERSAMBUNGGG~
Selasa, 08 Oktober 2013
Perbaikan BI . Kelompok ._. Bahasa baku dan tidak baku .
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia.
Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan dan kesempatan. Misalnya kapan kita mempunyai ragam bahasa baku dipakai apabila pada situasi resmi, ilmiah. Tetapai ragam bahasa non baku dipakai pada situas santai dengan keluarga, teman, dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian. Ragam bahasa non baku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan.
Bahasa tutur mempunyai sifat yang khas yaitu:
a. Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung.
b. Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin.
Didalam bahasa tutur, lagu kalimat memegang peranan penting, tanpa bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesukaran dalam memahami bahasa tutur.
BAB I
PEMBAHASAN
A.Pengertian Bahasa Indonesia Baku
Berikut pendapat beberapa ahli tentang pengertian Bahasa Indonesia Baku:
1. Bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang mengikuti kaidah bahasa Indonesia, baik yang menyangkut ejaan, lafal, bentuk kata, struktur kalimat, maupun penggunaan bahasa (Junaiyah,1991:18)
2. Bahasa baku ialah suatu bentuk pemakaian bahasa yang menjadi model yang dapat dicontoh oleh setiap pemakai bahasa yang hendak berbahasa secara benar (Moeljono, 1989:23)
3. Bahasa baku atau bahasa standar ialah ragam bahasa atau dialek yang diterima atau dipakai dalam situasi resmi, seperti dalam perundang-udangan, surat-menyurat resmi, dan berbicara di depan umum (Kridalaksana,1982:21)
Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Bahasa baku merupakan salah satu bentuk ragam bahasa
2. Tercermin penggunaan kaidah yang benar (ejaan, lafal, struktur, dan pemakaiannya)
3. Menjadi acuan atau model oleh masyarakat pemakai bahasa
4. Digunakan dalam situasi resmi
Pada dasarnya ragam tulisan dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku. Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan atau diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakaiannya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
B. Pengertian Bahasa Nonbaku
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku. Richards, Jhon, dan heidi berpendapat bahwa bahasa nonstandar adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda pelafalan, tata bahasa, dan kosakata dari bahasa baku dari suatu bahasa ( 1985:193 ). Di sisi lain Crystal berpendapat bahwa bahasa nonbaku adalah bentuk – bentuk bahasa yang tidak memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku (1985:286 )
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam bahas yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan dilingkungan tidak resmi.
C. Fungsi Bahasa Indonesia Baku
Secara umum, fungsi bahasa baku adalah sebagai berikut:
1. pemersatu, pemakaian bahasa baku dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa.
2. pemeberi kekhasan, pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembedadengan pemakaian bahasa lainnya.
3. pembawa kewibawaan, pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya.
4. kerangka acuan, bahasa baku menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya bahasa seseorang atau sekelompok orang.
D. Ciri – ciri Bahasa Indonesia Baku
Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa ini lazim digunakan dalam:
1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
2. Wacan teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya.
3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan. Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
5. Tidak dipengaruhi bahasa daerah
Baku : saya, merasakan, ayah, dimantapkan.
Tidak baku : gue, ngrasa, bokap, dimantapin.
6. Tidak dipenagruhi bahasa asing
Baku: banyak guru, itu benar, kesempatan lain.
Tidak baku: banyak guru-guru, itu adalah benar, lain kesempatan.
7. Bukan merupakan bahasa percakapan
Baku : bagaimana, begitu, tidak, menelpon.
Tidak baku : gimana, gitu, nggak, nelpon.
8. Pemakaian imbuhan secara eksplisit
Baku : ia mendengarkan radio, anak itu menangis, kami bermain bola di lapangan.
Tidak baku : ia dengarkan radio, anak itu nangis, kami main bola di lapangan.
9.Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
Baku : sehubungan dengan, terdiri atas/dari, seorang pasien, dan lain sebagainya, siapa namamu?
Tidak baku : sehubungan, terdiri, seseorang pasien, dan sebagainya, siapa namanya?
10. Tidak mengandung makna ganda, tidak rancu
Baku: menghemat waktu, mengatasi berbagai ketinggalan.
Tidak baku: mempersingkat waktu, mengejar ketinggalan.
11. Tidak mengandung arti pleonasme
Baku : para juri, mundur, pada zaman dahulu, hadirin.
Tidak baku : para juri-juri, mundur ke belakang, pada zaman dahulu kala, para hadirin.
E. Ciri – ciri Bahasa Nonbaku
Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia. Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan situasi dan kondisinya. kapan kita memakai ragam bahasa baku dan kapan kita memakai bahasa yang komunikatif. Ragam bahasa baku dipakai apabila pada situasi resmi, ilmiah. Tetapi ragam bahasa non baku dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman, dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian. Oleh karena itu penting untuk diperhatikan penggunaan ragam bahasa baku dan bukan baku dalam kehidupan sehari-hari.
F. Cotoh Bahasa Baku dan Nonbaku
Berikut beberapa contoh bahasa baku dan nonbaku :
- atap - atep
- menggunakan - menggaken
- pendidikan - pendidi’an
- kalaw - kalo,kalo’
- habis - abis
- dengan - dengen
- subuh - subueh
- senin - senen
- mantap - mantep
- pergi - pigi
- hilang - ilang
- dalam – dalem
Bahasa baku dan nonbaku ini dapat pula digunakan dalam sebuah kalimat efektif, contohnya :
Bahasa Baku
- Pulau Buton banyak menghasilkan aspal.
- Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan
keluarganya merasa tidak aman.
Bahasa Tidak Baku
- Di pulau Buton banyak menghasilkan aspal.
- Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan
keluarganya.
G. Berkembangnya Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku
Kecintaan terhadap bahasa akan semakin tumbuh bila didukung dengan pemahaman bahasa Indonesia yang baik. Salah satu wujud kecintaan bahasa Indonesia pada masa itu adalah pengangkatan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dengan nama bahasa Indonesia. Pemilihan ini didasari kenyataan bahwa bahasa Melayu memiliki kelebihan dibandingkan bahasa – bahasa lain. Seperti misalnya kedemokratisan bahasa Melayu yang bersesuaian dengan aspirasi masyarakat yang berkembang saat itu. Kemudian keterbukaan bahasa Melayu terhadap pengaruh asing sehingga memungkinkan bahasa itu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Selain itu, ada dua faktor yang menentukan yaitu kesejarahan dan psikologis. Sejarah memberi bukti, bahasa Melayu telah lama digunakan sebagai lingua franka atau bahasa perhubungan dan penuturnya tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Dari faktor psikologis maksudnya adalah tidak adanya persaingan bahasa sehingga masyarakat dari berbagai etnik di Indonesia dengan ikhlas menerima bahasa itu sebagai bahasa persatuan.
Sesuai dengan perkembangan zaman, bahasa Indonesia mengalami perkembangan pula. Dalam perkembangan itulah diperlukan adanya acuan yang dapat dijadikan pedoman bagi para masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai perantara berkomunikasi. Tidak hanya dalam berkomunikasi saja, tetapi dalam hal tulis – menulis juga membutuhkan acuan. Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk.
Kata baku sebenanya merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.
Suatu kata bisa diklasifikasikan tidak baku bila kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Biasanya hal ini muncul dalam bahasa percakapan sehari-hari, bahasa tutur. Kita sering menyepelekan tutur kata yang kita ucapkan. Padahal yang kita ucapkan belum tentu sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sedangkan kata tidak baku merupakan kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Seperti misalnya dalam bahasa percakapan sehari – hari, bahasa tutur.
BAB III
KESIMPULAN
A.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang ingin penulis sampaikan bahwa bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok ajuan, yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa baku bahasa Indonesia memang sulit untuk dijalankan, atau yang digunakan karena untuk memahaminay dibutuhkan daya nalar yang tinggi.. Dengan menggunakan ragam bahasa baku, seseorang akan menaikkan
prestisenya.
Ragam bahasa baku itu merupakan ragam bahasa yang standar, bersifat formal. Tuntutan untuk menggunakan ragam bahasa seperti ini biasa ditemukan dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat formal, dalam tulisan-tulisan ilmiah (makalah, skripsi, tesis, disertasi), percakapan dengan pihak yang berstatus akademis yang lebih tinggi, dan sebagainya. Sementara untuk ragam bahasa non baku biasa digunakan dalam acara-acara non formal atau santai.
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia.
Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan dan kesempatan. Misalnya kapan kita mempunyai ragam bahasa baku dipakai apabila pada situasi resmi, ilmiah. Tetapai ragam bahasa non baku dipakai pada situas santai dengan keluarga, teman, dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian. Ragam bahasa non baku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan.
Bahasa tutur mempunyai sifat yang khas yaitu:
a. Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung.
b. Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin.
Didalam bahasa tutur, lagu kalimat memegang peranan penting, tanpa bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesukaran dalam memahami bahasa tutur.
BAB I
PEMBAHASAN
A.Pengertian Bahasa Indonesia Baku
Berikut pendapat beberapa ahli tentang pengertian Bahasa Indonesia Baku:
1. Bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang mengikuti kaidah bahasa Indonesia, baik yang menyangkut ejaan, lafal, bentuk kata, struktur kalimat, maupun penggunaan bahasa (Junaiyah,1991:18)
2. Bahasa baku ialah suatu bentuk pemakaian bahasa yang menjadi model yang dapat dicontoh oleh setiap pemakai bahasa yang hendak berbahasa secara benar (Moeljono, 1989:23)
3. Bahasa baku atau bahasa standar ialah ragam bahasa atau dialek yang diterima atau dipakai dalam situasi resmi, seperti dalam perundang-udangan, surat-menyurat resmi, dan berbicara di depan umum (Kridalaksana,1982:21)
Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Bahasa baku merupakan salah satu bentuk ragam bahasa
2. Tercermin penggunaan kaidah yang benar (ejaan, lafal, struktur, dan pemakaiannya)
3. Menjadi acuan atau model oleh masyarakat pemakai bahasa
4. Digunakan dalam situasi resmi
Pada dasarnya ragam tulisan dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku. Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan atau diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakaiannya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
B. Pengertian Bahasa Nonbaku
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku. Richards, Jhon, dan heidi berpendapat bahwa bahasa nonstandar adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda pelafalan, tata bahasa, dan kosakata dari bahasa baku dari suatu bahasa ( 1985:193 ). Di sisi lain Crystal berpendapat bahwa bahasa nonbaku adalah bentuk – bentuk bahasa yang tidak memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku (1985:286 )
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam bahas yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan dilingkungan tidak resmi.
C. Fungsi Bahasa Indonesia Baku
Secara umum, fungsi bahasa baku adalah sebagai berikut:
1. pemersatu, pemakaian bahasa baku dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa.
2. pemeberi kekhasan, pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembedadengan pemakaian bahasa lainnya.
3. pembawa kewibawaan, pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya.
4. kerangka acuan, bahasa baku menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya bahasa seseorang atau sekelompok orang.
D. Ciri – ciri Bahasa Indonesia Baku
Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa ini lazim digunakan dalam:
1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
2. Wacan teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya.
3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan. Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
5. Tidak dipengaruhi bahasa daerah
Baku : saya, merasakan, ayah, dimantapkan.
Tidak baku : gue, ngrasa, bokap, dimantapin.
6. Tidak dipenagruhi bahasa asing
Baku: banyak guru, itu benar, kesempatan lain.
Tidak baku: banyak guru-guru, itu adalah benar, lain kesempatan.
7. Bukan merupakan bahasa percakapan
Baku : bagaimana, begitu, tidak, menelpon.
Tidak baku : gimana, gitu, nggak, nelpon.
8. Pemakaian imbuhan secara eksplisit
Baku : ia mendengarkan radio, anak itu menangis, kami bermain bola di lapangan.
Tidak baku : ia dengarkan radio, anak itu nangis, kami main bola di lapangan.
9.Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
Baku : sehubungan dengan, terdiri atas/dari, seorang pasien, dan lain sebagainya, siapa namamu?
Tidak baku : sehubungan, terdiri, seseorang pasien, dan sebagainya, siapa namanya?
10. Tidak mengandung makna ganda, tidak rancu
Baku: menghemat waktu, mengatasi berbagai ketinggalan.
Tidak baku: mempersingkat waktu, mengejar ketinggalan.
11. Tidak mengandung arti pleonasme
Baku : para juri, mundur, pada zaman dahulu, hadirin.
Tidak baku : para juri-juri, mundur ke belakang, pada zaman dahulu kala, para hadirin.
E. Ciri – ciri Bahasa Nonbaku
Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia. Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan situasi dan kondisinya. kapan kita memakai ragam bahasa baku dan kapan kita memakai bahasa yang komunikatif. Ragam bahasa baku dipakai apabila pada situasi resmi, ilmiah. Tetapi ragam bahasa non baku dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman, dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian. Oleh karena itu penting untuk diperhatikan penggunaan ragam bahasa baku dan bukan baku dalam kehidupan sehari-hari.
F. Cotoh Bahasa Baku dan Nonbaku
Berikut beberapa contoh bahasa baku dan nonbaku :
- atap - atep
- menggunakan - menggaken
- pendidikan - pendidi’an
- kalaw - kalo,kalo’
- habis - abis
- dengan - dengen
- subuh - subueh
- senin - senen
- mantap - mantep
- pergi - pigi
- hilang - ilang
- dalam – dalem
Bahasa baku dan nonbaku ini dapat pula digunakan dalam sebuah kalimat efektif, contohnya :
Bahasa Baku
- Pulau Buton banyak menghasilkan aspal.
- Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan
keluarganya merasa tidak aman.
Bahasa Tidak Baku
- Di pulau Buton banyak menghasilkan aspal.
- Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan
keluarganya.
G. Berkembangnya Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku
Kecintaan terhadap bahasa akan semakin tumbuh bila didukung dengan pemahaman bahasa Indonesia yang baik. Salah satu wujud kecintaan bahasa Indonesia pada masa itu adalah pengangkatan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dengan nama bahasa Indonesia. Pemilihan ini didasari kenyataan bahwa bahasa Melayu memiliki kelebihan dibandingkan bahasa – bahasa lain. Seperti misalnya kedemokratisan bahasa Melayu yang bersesuaian dengan aspirasi masyarakat yang berkembang saat itu. Kemudian keterbukaan bahasa Melayu terhadap pengaruh asing sehingga memungkinkan bahasa itu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Selain itu, ada dua faktor yang menentukan yaitu kesejarahan dan psikologis. Sejarah memberi bukti, bahasa Melayu telah lama digunakan sebagai lingua franka atau bahasa perhubungan dan penuturnya tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Dari faktor psikologis maksudnya adalah tidak adanya persaingan bahasa sehingga masyarakat dari berbagai etnik di Indonesia dengan ikhlas menerima bahasa itu sebagai bahasa persatuan.
Sesuai dengan perkembangan zaman, bahasa Indonesia mengalami perkembangan pula. Dalam perkembangan itulah diperlukan adanya acuan yang dapat dijadikan pedoman bagi para masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai perantara berkomunikasi. Tidak hanya dalam berkomunikasi saja, tetapi dalam hal tulis – menulis juga membutuhkan acuan. Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk.
Kata baku sebenanya merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.
Suatu kata bisa diklasifikasikan tidak baku bila kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Biasanya hal ini muncul dalam bahasa percakapan sehari-hari, bahasa tutur. Kita sering menyepelekan tutur kata yang kita ucapkan. Padahal yang kita ucapkan belum tentu sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sedangkan kata tidak baku merupakan kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Seperti misalnya dalam bahasa percakapan sehari – hari, bahasa tutur.
BAB III
KESIMPULAN
A.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang ingin penulis sampaikan bahwa bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok ajuan, yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa baku bahasa Indonesia memang sulit untuk dijalankan, atau yang digunakan karena untuk memahaminay dibutuhkan daya nalar yang tinggi.. Dengan menggunakan ragam bahasa baku, seseorang akan menaikkan
prestisenya.
Ragam bahasa baku itu merupakan ragam bahasa yang standar, bersifat formal. Tuntutan untuk menggunakan ragam bahasa seperti ini biasa ditemukan dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat formal, dalam tulisan-tulisan ilmiah (makalah, skripsi, tesis, disertasi), percakapan dengan pihak yang berstatus akademis yang lebih tinggi, dan sebagainya. Sementara untuk ragam bahasa non baku biasa digunakan dalam acara-acara non formal atau santai.
Langganan:
Komentar (Atom)
